Sejarah Negara Islam di Madinah

Senin, 4 Jumadil Awal 1441 H

Tak dimungkiri, Islam dalam waktu yang singkat telah hadir sebagai kekuatan dunia. Ideologinya tidak mengenal batas geografis atau ras. Dari situlah lahir sebuah peradaban yang mengundang decak kagum.

_____

Sejarah berdirinya Negara Islam dengan Ibukota Madinah

Tahun 1 Hijriah, Mendirikan negara Islam

Rasulullah sampai ke Madinah pada tanggal 22 Rabiul Awal tahun ke-53 dari kelahirannya dan kemudian melakukan beberapa aktivitas yang besar. Yang terpenting diantaranya adalah membangun mesjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, serta mengikat perjanjian dengan kaum Yahudi.

Tahun 2 Hijriah

Terjadi perang Badar Kubra pada 17 Ramadhan di bawah pimpinan Rasulullah. Dalam peperangan tersebut, kaum muslim menang telak atas kaum musyrikin.

Tahun 3 Hijriah, Ujian

Kaum Musyrik relatif menang atas kaum muslimin dalam perang Uhud pada tahun ke-3 H. Hal tersebut disebabkan ketidakpatuhan pasukan pemanah kepada Rasulullah yang telah memerintahkan agar tetap berada di posisi mereka.

Tahun 4 Hijriah

Pada tahun ini berlangsung pengusiran Yahudi Bani Nadhir dari kota Madinah, seperti halnya Yahudi Bani Qainuqa, karena membatalkan perjanjian dengan kaum muslimin. Pada bulan Zulkaidah dari tahun ini juga kaum muslim menunggu kaum Quraisy di Badar sesuai kesepakatan. Namun, Quraisy memilih tidak menghadapi kaum muslim karena takut terhadap akibatnya.

Tahun 5 Hijriah

Pada tahun ini terjadi Perang al-Ahzaab atau perang Khandaq. Huyai bin Akhthab berusaha memobilisasi kabilah-kabilah Arab untuk menghadapi kaum muslim. mereka semua berkumpul di Madinah untuk memerangi kaum muslimin. Atas usul Salman al-Farisi, Rasulullah memerintahkan menggali parit di sebelah Selatan Madinah untuk menghalangi mereka masuk ke dalam kota.

Tahun 6 Hijriah, Penyebaran dan ekspansi

Kaum muslimin mencapai kesepakatan bersama kaum Quraisy dalam perjanjian Hudaibiyah, yang isi pasal-pasalnya tampak menguntungkan kaum Quraisy. Akan tetapi, kearifan politik Rasulullah menjelaskan kejauhan pandangnya yang selanjutnya terbukti bahwa perjanjian tersebut menguntungkan kaum muslimin. Barangkali penghentian peperangan di antara kedua belah pihak merupakan kesempatan terbaik yang dimanfaatkan Rasulullah untuk mengirim surat kepada sejumlah raja dan umara untuk mengajak mereka masuk Islam sesudah beliau aman dari agresi Quraisy.

Tahun 7 Hijriah

Di antara hasil perjanjian Hudaibiyah adalah upaya Rasulullah membersihkan komunitas-komunitas Yahudi di sekitar Madinah. Di antara komunitas-komunitas ini yang paling penting di antaranya adalah Yahudi Khaibar yang meminta kepada Rasulullah, sesudah kekalahan mereka, agar tetap boleh tinggal disana (Khaibar) untuk mengelolanya dengan syarat membayar setengah hasil pertanian mereka kepada kaum muslim. Rasulullah menyetujui hal tersebut dan juga berhak meminta mereka pindah kapan pun ia mau.

*Tahun 8 Hijriah, Normalisasi*:

Pada tahun ini kaum Quraisy membatalkan salah satu pasal perjanjian Hudaibiyah sehingga membuka kesempatan bagi kaum muslim untuk berangkat ke Mekah guna menaklukkannya dan menghancurkan berhala-berhala di dalam Kakbah.

Tahun 9 Hijriah, Al-Baraa’ah

Pada tahun ini, Rasulullah mengutus Abu Bakar as-Shiddiq sebagai amir haji. Sesudah Allah menurunkan kepada Rasulullah Surh al-Baraa’ah, beliau kemudian mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menyusul Abu Bakar dan kemudian mengumumkan di hadapan orang-orang bahwa kaum musyrik tidak diizinkan lagi melaksanakan haji ke Baitulllah sesudah hari itu.

Tahun 10 Hijriah, Haji Wada’

Satu-satunya haji yang dilaksanakan Rasulullah bersama lebih dari 100.000 kaum muslim. pada saat itu, Rasulullah mengajari mereka manasik haji dan menyampaikan khotbahnya yang terkenal dan yang mengatur urusan umat.

Tahun 11 Hijriah, Rasulullah Wafat

Rasulullah jatuh sakit pada akhir-akhir bulan Safar dan terus demikian selama 13 hari hingga tidak sanggup keluar untuk shalat. Ia menyuruh Abu Bakar mengimami orang-orang hingga Rasulullah wafat pada Senin pagi 12 Rabiulawal.

Sumber:

Abdurrahman Shamid. 2012. Atlas Sejarah Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Kaysa Media.

Ukiran Minang setelah Islam masuk

Senin, 26 Rabiul Akhir 1441 H

Seni itu identik dengan keindahan, Islam menjadinya semakin indah

_____

*Ukiran Minangkabau dan Indahnya Islam*

Pada masa ini berkembang beraneka ragam motif hias di seluruh Indonesia. Salah satu contohnya yang perkembangan motif hiasnya menarik perhatian adalah Sumatera Barat yang terkenal dengan nama Minangkabau. Berbagai motif hias mungkin sudah berkembang di zaman prasejarah akhir. Adapun yang paling menarik adalah perkembangan motif hias setelah terkena pengaruh Islam, terutama di masa kerajaan Minangkabau/Pagaruyuang pada abad ke-16. Motif-motif hias Minangkabau dibuat lebih abstrak mengikuti tradisi Islam dan secara umum setiap motif hias memiliki landasan kata-kata puitis yang disebut pepatah. Berikut adalah bunyi pepatah untuk motif hias Aka Bapilin dan Daun Siriah.

Motif Aka Bapilin

_Aka nan bapilin_

_Pilin jariang nak barisi_

_Pilin kacang nak mamanjek_

Motif Daun Siriah

_Sakabek bak siriah_

_Sarumpun bak sarai_

Pada pepatah pertama, kata aka artinya adalah akar. Pepatah ini mengandung nasihat bahwa orang Minangkabau tidak akan bertindak sia-sia. Orang Minangkabau tidak boleh berputus asa karena dibekali akal oleh Tuhan. Kata aka dianggap memiliki arti ganda, yakni akar atau akal. Ajaran ini tercermin pada mentalitas orang Minangkabau sekarang ini yang sangat gigih dalam menjalani kehidupan dimana pun. Pepatah kedua lebih sederhana susunan katanya, menyangkut daun sirih dan daun sereh. Pepatah ini mengandung ajaran pentingnya persatuan dan kesatuan di antara orang Minangkabau, seperti halnya seikat daun sirih dan serumpun serai.

*Sumber*:

Sumartono. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia – Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Rajawali press.

Ketidaksukaan pada penggambaran makhluk secara visual inilah yang menyebabkan seni patung tidak berkembang dalam tradisi seni rupa Islam