Membumikan Cita-Cita

Pecinta Surga

Sabtu, 21 Jumadil Akhir 1441 H

Sambil bekerja, kita juga tetap harus menjaga cita-cita itu agar tetap ada dalam jiwa, aliran darah dan desah napas. Itulah yang akan menjadi bahan bakar perjuangan kita yang tak mungkin habis.

_____

Membumikan cita-cita

Penggalian  parit itu terpaksa dihentikan. Sebuah batu besar menghadang di depan mata. Berkali-kali para sahabat Rasulullah saw menghantamkan lembing, namun tak ada tanda-tanda batu itu retak apalagi hancur. Batu itu terlalu keras, tapi harus dihancurkan. Kalau tidak, penggalian parit yang akan menjadi benteng pertahanan kaum Muslimin dari ancaman pasukan koalisi Musyrikin bisa terputus.

Beberapa sahabat segera menemui Rasulullah saw dan memberitahu perihal batu besar itu. Rasulullah saw pun datang sambil membawa sebuah beliung. Setelah menbaca basmalah, beliau menghantamkan pukulan pertama. “Allahu Akbar! Aku diberi kunci pembuka negeri Syam. Demi Allah, aku melihat istananya yang merah,” ujar Rasulullah saw begitu melihat percikan sinar menyala akibat kerasnya pukulan beliau menghantam batu.

Lalu, Rasulullah saw menghantamkan pukulan kedua. “Allahu Akbar! Aku diberi negeri Persia. Demi Allah, aku melihat istananya yang putih,” ujar Rasulullah saw. Lalu, beliau menghantamkan pukulan ketiga. “Allahu Akbar! Aku diberi kunci negeri Yaman. Demi Allah! Aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini. Aku diberitahu Jibril bahwa umatku akan menguasai semuanya. Sampaikan berita ini kepada yang lain,” ujar Rasulullah saw kepada para sahabat.

Kita juga umat Rasulullah, dan berita itu juga sampai kepada kita. Tentu seharusnya kitamelanjutkan semangat seperti sahabat yang kembali bersemangat dan menyelesaikan parit. Parit yang membumikan langkah perjuangan untuk mimpi yang disampaikan Rasulullah menjadi semakin nyata.

Persia telah tunduk oleh umat muslim yang hidup di generasi kemudian, namun ingatlah semangat itu harus terus membara sejak mimpi itu disampaikan hendaknya.

Jika secara psikologis mengatakan bahwa kelelahan dan halangan yang terlampau besar akan mustahil untuk bisa semangat seperti sabahat Rasulullah saw. Namun dengan iman pada Allah yang Maha Besar semua itu mungkin.

Kemenangan itu pasti datang, seperti keberhasilan Al-Fatih menaklukan Konstatinopel.

Jika bukan dimasa kita, mungkin anak cucu kita. Seperti leluhur Al-Fatih yang terus mengambil andil dalam perjuangan.

Allahu Akbar! Allah Maha Besar!

Wahai halangan yang besar, Aku punya Allah yang Maha Besar

Oleh : ladysoviana

Sumber: Hepi Andi Bastoni. 2006. Belajar dari Dua Umar-Kenyangkan perut Rakyat. Jakarta: Qalamas.

_____

Join Group: https://chat.whatsapp.com/K2NLjccygNdlkhYtSrZFoh